Rabu, 30 Januari 2013

sejarah borobudur


Sejarah Ditemukannya Candi Borobudur Pertama Kali [Plus Foto]


Candi Borobudur pertama kali ditemukan
Candi Borobudur pertama kali ditemukan
Sejarah Ditemukannya Candi Borobudur Pertama Kali [Plus Foto] - Candi Borobudur telah menjadi satu dari Tujuh keajaiban dunia. Mungkin banyak sobat pembaca yang mengetahui sejarah masa lalu candi Borobudur ini dari literature yang ada dan bahkan sudah sering mengunjunginya. Tapi apakah sobat tahu mengenai sejarah ditemukannya Candi Borobudur pertama kali?
Sebuah bangunan misterius di masa lalu yang pernah hilang ditelan amukan letusan Gunung Merapi ini kembali ditemukan Tahun 1814 Sang penjajah Belanda.
Untuk lengkapnya silahkan menyimak artikel sejarah ditemukannya Candi Borobudur di bawah ini.


Candi Borobudur di masa lalu
Candi Borobudur di masa lalu
Candi borobudur Terkubur Lahar Merapi
Salah satu pertanyaan yang kini belum terjawab tentang Borobudur adalah bagaimana kondisi sekitar candi ketika dibangun dan mengapa candi itu ditemukan dalam keadaan terkubur. Beberapa ahli mengatakan Borobudur awalnya berdiri dikelilingi rawa kemudian terpendam karena letusan Merapi.

Sejarah ditemukannya Candi Borobudur
Sejarah ditemukannya Candi Borobudur

Hal tersebut berdasarkan prasasti Kalkutta bertuliskan 'Amawa' berarti lautan susu. Kata itu yang kemudian diartikan sebagai lahar Merapi, kemungkinan Borobudur tertimbun lahar dingin Merapi. Desa-desa sekitar Borobudur, seperti Karanganyar dan Wanurejo terdapat aktivitas warga membuat kerajinan. Selain itu, puncak watu Kendil merupakan tempat ideal untuk memandang panorama Borobudur dari atas. Gempa 27 Mei 2006 lalu tidak berdampak sama sekali pada Borobudur sehingga bangunan candi tersebut masih dapat dikunjungi.

Reruntuhan Candi Borobudur sebelum di pugar
Reruntuhan Candi Borobudur sebelum di pugar

Sejarah ditemukannya candi borobudur
Sekitar tiga ratus tahun lampau, tempat candi ini berada masih berupa hutan belukar yang oleh penduduk sekitarnya disebut Redi Borobudur. Untuk pertama kalinya, nama Borobudur diketahui dari naskah Negarakertagama karya Mpu Prapanca pada tahun 1365 Masehi, disebutkan tentang biara di Budur.

Biara di Budur istilah awal Candi Borobudur
Biara di Budur istilah awal Candi Borobudur

Kemudian pada Naskah Babad Tanah Jawi (1709-1710) ada berita tentang Mas dana, seorang pemberontak terhadap Raja Paku Buwono I, yang tertangkap di Redi Borobudur dan dijatuhi hukuman mati. Kemudian pada tahun 1758, tercetus berita tentang seorang pangeran dari Yogyakarta, yakni Pangeran Monconagoro, yang berminat melihat arca seorang ksatria yang terkurung dalam sangkar.

Sejarah pertama kali ditemukannya Candi Borobudur

Pada tahun 1814, Thomas Stamford Raffles mendapat berita dari bawahannya tentang adanya bukit yang dipenuhi dengan batu-batu berukir. Berdasarkan berita itu Raffles mengutus Cornelius, seorang pengagum seni dan sejarah, untuk membersihkan bukit itu.

Sejarah ditemukannya Candi Borobudur yang legendaris
Candi Borobudur warisan budaya bangsa

Setelah dibersihkan se lama dua bulan dengan bantuan 200 orang penduduk, bangunan candi semakin jelas dan pemugaran dilanjutkan pada 1825. Pada 1834, Residen Kedu membersihkan candi lagi, dan tahun 1842 stupa candi ditinjau untuk penelitian lebih lanjut.


Aids dan HIV


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjDHfhrD4nFATfpA8wtgJoqTtWqFOd6C3Jgrx-4iLGKM9Tv9hdOttWAw4iUWaFoBCmPU5sFbHwzQ7knF00-mWCjZMrFzh12C8v4kV6FcGCFEmQvWENycPsDRcu39vhjT3noNSxUSg4xwKKY/s320/AIDS.jpg


AIDS  singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome merupakan kumpulan dari gejala dan  infeksi  atau  biasa disebut  sindrom yang diakibatkan oleh kerusakan sistem kekebalan  tubuh manusia karena virus HIV, sementara HIV singkatan dari Human Immunodeficiency  Virus merupakan virus yang dapat melemahkan kekebalan tubuh pada manusia. Jika  seseorang  terkena  virus  semacam  ini akan  mudah  terserang  infeksi oportunistik atau mudah terkena tumor. Untuk sampai saat ini, penyakit HIV AIDS belum bisa disembuhkan dan ditemukan obatnya, kalau pun ada itu  hanya menghentikan atau  memperlambat  perkembangan virusnya saja.

Virus HIV dan virus-virus sejenisnya seperti  SIV, FIV dan lain-lain biasanya tertular melalui  kontak  langsung antara aliran darah dengan cairan tubuh yang didalamnya terkandung HIV, yakni darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu. Penularan virus  ini sering  terjadi  pada  saat  seseorang  berhubungan  intim, jarum suntik  yang  terkontaminasi, transfusi darah, ibu yang sedang menyusui, dan berbagai macam  bentuk  kontak  lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut.

AIDS  merupakan  bentuk  terparah atas akibat  infeksi  HIV. HIV adalah  retrovirus yang  biasanya  menyerang organ-organ vital sistem kekebalan manusia, seperti sel T CD4+ (sejenis sel T), makrofaga, dan sel dendritik. HIV merusak sel T CD4+ secara langsung  dan  tidak  langsung,  padahal sel T CD4+ dibutuhkan agar sistem kekebalan tubuh dapat berfungsi baik. Bila HIV telah membunuh sel T CD4+ hingga  jumlahnya menyusut  hingga  kurang  dari  200  per mikroliter  darah, maka kekebalan di tingkat sel akan hilang, dan akibatnya  ialah  kondisi  yang  disebut  AIDS. Infeksi  akut HIV akan berlanjut  menjadi  infeksi  laten klinis, kemudian  timbul  gejala  infeksi HIV awal, dan  akhirnya  AIDS  yang  diidentifikasi  dengan   memeriksa  jumlah sel T CD4+ di dalam darah serta adanya infeksi tertentu.

Tanpa  terapi  antiretrovirus, rata-rata lamanya perkembangan infeksi HIV menjadi AIDS ialah sembilan sampai sepuluh tahun, dan rata-rata waktu hidup setelah mengalami AIDS hanya sekitar 9,2 bulan. Namun demikian, laju perkembangan penyakit ini pada setiap orang sangat bervariasi, yaitu dari dua minggu sampai 20 tahun. Banyak faktor yang mempengaruhinya, diantaranya ialah kekuatan tubuh untuk bertahan melawan HIV (seperti fungsi kekebalan tubuh) dari orang yang terinfeksi.Orang tua umumnya memiliki kekebalan yang lebih lemah daripada orang yang  lebih   muda, sehingga lebih berisiko mengalami perkembangan penyakit yang pesat. Akses  yang  kurang  terhadap  perawatan kesehatan dan adanya infeksi lainnya seperti tuberkulosis, juga dapat mempercepat perkembangan penyakit ini. Warisan genetik orang yang terinfeksi juga memainkan peran penting. Sejumlah orang kebal secara alami terhadap beberapa varian HIV. HIV memiliki beberapa variasi genetik dan berbagai  bentuk  yang  berbeda, yang akan menyebabkan  laju  perkembangan  penyakit klinis yang berbeda-beda pula. Terapi antiretrovirus yang sangat aktif akan dapat memperpanjang rata-rata waktu berkembangannya AIDS, serta rata-rata waktu kemampuan penderita bertahan hidup.

Gejala hiv aids bisa diketahui asalakan kita memang mengetahui ciri-ciri yang mungkin muncul ketika seseorang terkena penyakit ini. Walaupun begitu, ternyata kami mendapatkan informasi dari sebuah referensi yang mengatakan bahwa gejala-gejala ketika seseorang terkena hiv aids tidak selalu muncul dalam beberapa tahun bahkan dalam jangka waktu satu dekade. Pada kesempatan kali ini, kami ingin memberikan info seputar beberapa gejala yang mungkin timbul/muncul ketika seseorang terjangkit hiv aids.

Berikut GEJALA HIV AIDS yang harus kita ketahui :

1. Penurunan berat badan
Penurunan berat badan bisa menjadi tanda infeksi telah meningkat atau akibat diare. ODHA tetap akan kehilangan berat badannya secara drastis meskipun banyak makan.

2. Berkeringat di malam hari
Sebagian orang sering kali berkeringat di malam hari selama tahap awal infeksi HIV.

3. Demam ringan (kurang lebih sekitar 39 derajat Celcius)
Anda sering mengalami demam ringan yang disertai dengan gejala, seperti kelelahan, pembengkakan kelenjar getah bening, dan sakit tenggorokan.

4. Batuk kering
Batuk kering adalah tanda awal dari gejala HIV. Ini bisa berlangsung selama setahun dan menjadi semakin parah. 

5. Kelelahan
Respon inflamasi yang dihasilkan oleh sistem kekebalan tubuh dapat menyebabkan Anda merasa lemah dan lesu. Kelelahan dapat menjadi tanda awal dari HIV. Anda harus mewaspadai kondisi ini.

6. Nyeri pada persendian, otot, dan kelenjar getah bening
Kelenjar getah bening merupakan bagian dari sistem kekebalan tubuh dan dapat meradang ketika terjadi infeksi. Kelenjar ini biasanya berada di pangkal paha, leher, dan ketiak.

7. Sakit tenggorokan dan kepala
Sakit tenggorokan dan kepala menjadi gejala awal yang dirasakan oleh orang yang terinfeksi HIV. Meski begitu, tidak semua orang mengalami gejala tersebut.

8. Ruam kulit
Ruam kulit bisa muncul pada awal atau akhir infeksi HIV/AIDS. Gejala awal tampak seperti bisul atau ruam di beberapa bagian tubuh.

9. Perubahan kuku
Tanda lain dari infeksi HIV adalah perubahan kuku, seperti perubahan warna atau penebalan. Hal ini biasanya disebabkan oleh infeksi jamur. Pasien dengan sistem kekebalan tubuh yang menurun akan lebih rentan terhadap infeksi jamur.

10. Mual, muntah, diare
30% sampai 60% orang yang terinfeksi mengalami mual, muntah, atau diare pada gejala awal HIV


Ciri ciri penderita Aids, berikut adalah ciri ciri penderita Aids yang bisa kita temukan ciri ciri penderita Aids secara umum penderita AIDS sangatlah sulit untuk diketahui. Tidak ada ciri-ciri fisik khusus untuk penderita HIV, karena virus HIV menyerang kekebalan tubuh, ciri-ciri yang terlihat ya penyakit-penyakit umum.

Gejala fisik khas baru terlihat pada saat muncul infeksi opportunitis, infeksi yang mucul pada stadium HIV lanjut. Bentuknya juga tidak berbeda dengan orang yang terkena penyakit tersebut tapi bukan karena terkena HIV, macam TBC, sarkoma kaposi, pembengkakan kelenjar getah bening dll. Untuk tahu pasti ya periksa darah untuk mengetahui keberadaan virus HIV. Hampir semua lab umum bisa , tapi sebaiknya konsultasi dulu dengan dokter yang biasa menangani penderita HIV.

Beberapa gejala pada orang yang mungkin mengidap virus HIV

Pengidap AIDS akan terlihat lesu, tak bersemangat dan  lemah. Rentan terhadap segala macam penyakit.
Pada  fase  berat, penderita AIDS akan terlihat sangat kurus, pupil mata membesar, tak bertenaga dan akan terbaring lemah menunggu ajal.

Ciri-ciri penyakit HIV/AIDS adalah seseorang bisa mengalami penurunan imunitas atau daya  tahan tubuh, hal ini bisa kita lihat seorang yang terinfeksi virus tersebut akan mudah sakit seperti flu yang lama sekali sembuhnya. Jika sudah stadium lanjut akan menjadi sangat rentan sekali dia bisa mengalami komplikasi berbagai penyakit. Seperti diare, infeksi saluran pernafasan, lepuh kulit, berat badan terus menurun sehingga penderita tampak kurus dan kering.

Seseorang  bisa terinfeksi jika dia melakukan hubungan seksual secara bergantian baik heteroseksual maupun homoseksual, dan yang lebih rentan yang hub sesama, bisa dari transfusi darah yang terinfeksi juga bisa dari jarum suntik yang pernah diapak sama penderita.

Saat ini pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui seseorang menderita HIV atau tidak adalah pemeriksaan CD4 dan viral load. Seseorang dikatakan telah menderita AIDS apabila terdapat infeksi HIV disertai infeksi oportunistik atau kanker terkait atau infeksi HIV dan CD4 kurang dari 200/dl. Setelah terinfeksi HIV, seseorang akan menunjukkan gejala primer. Seperti, demam, nyeri otot, nyeri sendi, rasa lemah, luka di kulit/mulut, pembesaran kelenjar getah bening, sakit kepala, depresi, mual, muntah dan diare. Gejala-gejala ini berlangsung 2-6 minggu dan membaik dengan atau tanpa pengobatan.

Selanjutnya, terjadi stadium tanpa gejala kurang lebih 5-10 tahun. Lalu, baru perjalanan penyakit memasuki stadium AIDS bila telah terjadi demam lama, batuk, penurunan berat badan, diare, sesak napas, penurunan kesadaran, gangguan penglihatan disertai infeksi oportunistik seperti keputihan di mulut, tuberkulosis, radang paru P.carinii dan lainnya.

Seperti dikutip Menshealth.about.com, Kamis (10/6/2010) ketika seseorang terinfeksi maka gejala awal yang muncul terkadang mirip dengan flu atau infeksi virus sedang.Gejala dan tanda awal dari HIV termasuk demam, sakit kepala, kelelahan, mual, diare dan pembengkakan kelenjar getah bening di leher, ketiak atau pangkal paha.

Gejala-gejala ini hampir sama dengan infeksi virus lainnya. Karena itu banyak orang yang terinfeksi HIV tidak menyadari bahwa dirinya sudah terinfeksi hingga bertahun-tahun sehingga mencapai stadium lanjut.

Pusat pengendalian penyakit (Center for Disease Control/CDC) mengungkapkan ada beberapa gejala Pada orang dewasa, yang menunjukkan stadium lanjut dari HIV yaitu:

Kehilangan berat badan dengan cepat tanpa adanya alasan.
Batuk kering.
Demam berulang atau berkeringat saat malam hari.
Kelelahan.
Diare yang lebih dari seminggu.
Kehilangan memori.
Depresi dan juga gangguan saraf lainnya.

Salah satu cara untuk mendeteksinya adalah dengan mengukur jumlah sel-sel darah putih, karena biasanya seseorang dengan HIV akan memiliki jumlah sel darah putih yang kecil. HIV bukan merupakan penyakit yang mudah untuk didiagnosis, ada dua hal yang harus diperhatikan yaitu kenali gejala yang ada dan melakukan pemeriksaan ke dokter.

HIV disebabkan kebanyakan karena perilaku gonta ganti pasangan seks tanpa menggunakan kondom atau orang-orang yang memakai narkoba karena gantian menggunakan jarum suntik.

HIV menular melalui :
Hubungan kelamin dan hubungan seks oral atau melalui anus.
Transfusi darah.
Penggunaan bersama jarum terkontaminasi melalui injeksi obat dan dalam perawatan kesehatan.
Antara ibu dan bayinya selama masa hamil, kelahiran dan masa menyusui.

Begitulah seperti yang di kutip dari CDC semoga informasi ini dapat membantu kita semua agar mengetahui dan janganlah melakukan hal-hal yang dapat menyebabkan Anda terserang penyakit kutukan ini semoga informasi ini dapat membantu (Ciri ciri penderita Aids)
PENYEBAB AIDS
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atau: sindrom) yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV atau infeksi virus-virus lain yang mirip yang menyerang spesies lainnya (SIV, FIV, dan lain-lain).
Virusnya bernama Human Immunodeficiency Virus (atau disingkat HIV) yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.
HIV dan virus-virus sejenisnya umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu. Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut.
HIV yang baru memperbanyak diri tampak bermunculan sebagai bulatan-bulatan kecil (diwarnai hijau) pada permukaan limfosit setelah menyerang sel tersebut, dilihat dengan mikroskop electron.
AIDS merupakan bentuk terparah atas akibat infeksi HIV. HIV adalah retrovirus yang biasanya menyerang organ-organ vital sistem kekebalan manusia, seperti sel T CD4+ (sejenis sel T), makrofaga, dan sel dendritik. HIV merusak sel T CD4+ secara langsung dan tidak langsung, padahal sel T CD4+ dibutuhkan agar sistem kekebalan tubuh dapat berfungsi baik. Bila HIV telah membunuh sel T CD4+ hingga jumlahnya menyusut hingga kurang dari 200 per mikroliter (µL) darah, maka kekebalan di tingkat sel akan hilang, dan akibatnya ialah kondisi yang disebut AIDS. Infeksi akut HIV akan berlanjut menjadi infeksi laten klinis, kemudian timbul gejala infeksi HIV awal, dan akhirnya AIDS, yang diidentifikasi dengan memeriksa jumlah sel T CD4+ di dalam darah serta adanya infeksi tertentu.
A. Penyebab Penyakit AIDS
Adapun penyebab penyakit AIDS adalah sebagai berikut :
Ø Penularan Seksual
Penularan (transmisi) HIV secara seksual terjadi ketika ada kontak antara sekresi cairan vagina atau cairan preseminal seseorang dengan rektum, alat kelamin, atau membran mukosa mulut pasangannya. Hubungan seksual reseptif tanpa pelindung lebih berisiko daripada hubungan seksual insertif tanpa pelindung, dan risiko hubungan seks anal lebih besar daripada risiko hubungan seks biasa dan seks oral. Seks oral tidak berarti tak berisiko karena HIV dapat masuk melalui seks oral reseptif maupun insertif. Kekerasan seksual secara umum meningkatkan risiko penularan HIV karena pelindung umumnya tidak digunakan dan sering terjadi trauma fisik terhadap rongga vagina yang memudahkan transmisi HIV. Penyakit menular seksual meningkatkan risiko penularan HIV karena dapat menyebabkan gangguan pertahanan jaringan epitel normal akibat adanya borok alat kelamin, dan juga karena adanya penumpukan sel yang terinfeksi HIV (limfosit dan makrofaga ) pada semen dan sekresi vaginal.
Ø Kontaminasi patogen melalui darah
Jalur penularan ini terutama berhubungan dengan pengguna obat suntik, penderita hemofilia dan resipien transfusi darah dan produk darah. Berbagi dan menggunakan kembali jarum suntik (syringe) yang mengandung darah yang terkontaminasi oleh organisme biologis penyebab penyakit (pathogen ), tidak hanya merupakan risiko utama atas infeksi HIV, tetapi juga hepatitis B dan hepatitis C. Berbagi penggunaan jarum suntik merupakan penyebab sepertiga dari semua infeksi baru HIV dan 50% infeksi hepatitis C di Amerika Utara, Republik Rakyat Cina, dan Eropa Timur. Resiko terinfeksi dengan HIV dari satu tusukan dengan jarum yang digunakan orang yang terinfeksi HIV diduga sekitar 1 banding 150. Post-exposure prophylaxis dengan obat anti-HIV dapat lebih jauh mengurangi risiko itu.
Ø Penularan masa perinatal
Transmisi HIV dari ibu ke anak dapat terjadi melalui rahim (in utero) selama masa perinatal, yaitu minggu-minggu terakhir kehamilan dan saat persalinan. Bila tidak ditangani, tingkat penularan dari ibu ke anak selama kehamilan dan persalinan adalah sebesar 25%. Namun demikian, jika sang ibu memiliki akses terhadap terapi antiretrovirus dan melahirkan dengan cara bedah Caesar, tingkat penularannya hanya sebesar 1%. Sejumlah faktor dapat memengaruhi risiko infeksi, terutama beban virus pada ibu saat persalinan (semakin tinggi beban virus, semakin tinggi risikonya). Menyusui meningkatkan risiko penularan sebesar 4%.


B. Penanganan Penyakit AIDS
Berikut ini beberapa cara penanganan penyakit AIDS :
Ø Terapi Antivirus
Penanganan infeksi HIV terkini adalah terapi antiretrovirus yang sangat aktif (highly active antiretroviral therapy, disingkat HAART). Terapi ini telah sangat bermanfaat bagi orang-orang yang terinfeksi HIV sejak tahun 1996, yaitu setelah ditemukannya HAART yang menggunakan protease inhibitor. Pilihan terbaik HAART saat ini, berupa kombinasi dari setidaknya tiga obat (disebut "koktail) yang terdiri dari paling sedikit dua macam (atau "kelas") bahan antiretrovirus. Kombinasi yang umum digunakan adalah nucleoside analogue reverse transcriptase inhibitor (atau NRTI) dengan protease inhibitor, atau dengan non-nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NNRTI). Karena penyakit HIV lebih cepat perkembangannya pada anak-anak daripada pada orang dewasa, maka rekomendasi perawatannya pun lebih agresif untuk anak-anak daripada untuk orang dewasa. Perawatan HAART memungkinkan stabilnya gejala dan viremia (banyaknya jumlah virus dalam darah) pada pasien, tetapi ia tidak menyembuhkannya dari HIV ataupun menghilangkan gejalanya. HIV-1 dalam tingkat yang tinggi sering resisten terhadap HAART dan gejalanya kembali setelah perawatan dihentikan. Lagi pula, dibutuhkan waktu lebih dari seumur hidup seseorang untuk membersihkan infeksi HIV dengan menggunakan HAART. Meskipun demikian, banyak pengidap HIV mengalami perbaikan yang hebat pada kesehatan umum dan kualitas hidup mereka, sehingga terjadi adanya penurunan drastis atas tingkat kesakitan (morbiditas ) dan tingkat kematian (mortalitas ) karena HIV.

Ø Penanganan Eksperimental dan Saran
Telah terdapat pendapat bahwa hanya vaksin lah yang sesuai untuk menahan epidemik global (pandemik) karena biaya vaksin lebih murah dari biaya pengobatan lainnya, sehingga negara-negara berkembang mampu mengadakannya dan pasien tidak membutuhkan perawatan harian. Beberapa penelitian menunjukan bahwa langkah-langkah pencegahan infeksi oportunistik dapat menjadi bermanfaat ketika menangani pasien dengan infeksi HIV atau AIDS. Vaksinasi atas hepatitis A dan B disarankan untuk pasien yang belum terinfeksi virus ini dan dalam berisiko terinfeksi. Pasien yang mengalami penekanan daya tahan tubuh yang besar juga disarankan mendapatkan terapi pencegahan (propilaktik) untuk pneumonia pneumosistis, emikian juga pasien toksoplasmosis dan kriptokokus meningitis yang akan banyak pula mendapatkan manfaat dari terapi propilaktik tersebut.
Ø Pengobatan alternative
Berbagai bentuk pengobatan alternatif digunakan untuk menangani gejala atau mengubah arah perkembangan penyakit. Akupuntur telah digunakan untuk mengatasi beberapa gejala, misalnya kelainan syaraf tepi (peripheral neuropathy) seperti kaki kram, kesemutan atau nyeri; namun tidak menyembuhkan infeksi HIV. Beberapa data memperlihatkan bahwa suplemen multivitamin dan mineral kemungkinan mengurangi perkembangan penyakit HIV pada orang dewasa, meskipun tidak ada bukti yang menyakinkan bahwa tingkat kematian (mortalitas) akan berkurang pada orang-orang yang memiliki status nutrisi yang baik. Suplemen vitamin A pada anak-anak kemungkinan juga memiliki beberapa manfaat. Pemakaian selenium dengan dosis rutin harian dapat menurunkan beban tekanan virus HIV melalui terjadinya peningkatan pada jumlah CD4. Selenium dapat digunakan sebagai terapi pendamping terhadap berbagai penanganan antivirus yang standar, tetapi tidak dapat digunakan sendiri untuk menurunkan mortalitas dan morbiditas. Penyelidikan terakhir menunjukkan bahwa terapi pengobatan alteratif memiliki hanya sedikit efek terhadap mortalitas dan morbiditas penyakit ini, namun dapat meningkatkan kualitas hidup individu yang mengidap AIDS. Manfaat-manfaat psikologis dari beragam terapi alternatif tersebut sesungguhnya adalah manfaat paling penting dari pemakaiannya.

v Pemerintah Amerika Serikat dan berbagai organisasi kesehatan menganjurkan Pendekatan ABC untuk menurunkan risiko terkena HIV melalui hubungan seksual. Adapun rumusannya dalam bahasa Indonesia.
“ Anda jauhi seks,
Bersikap saling setia dengan pasangan,cegah dengan memakai kondom.

Cara pencegahan penyakit HIV/AIDS

Mencegah penyakit HIV/AIDS relatif lebih mudah dibandingkan dengan mengobatinya. Mencegah penyakit HIV/AIDS akan semakin penting artinya berhubung penyakit ini belum ditemukan obatnya. Berikut ini beberapa cara pencegahan penyakit HIV/AIDS :
1.   Setialah dengan suami atau istri anda. Lakukan hubungan seksual hanya dengan pasangan hidup anda (safe sex).
2.   Menghindari seks bebas (free sex). Jangan melakukan hubungan badan dengan pekerja seksual (PSK) atau berganti-ganti pasangan.
3.   Gunakan kondom secara benar dalam berhubungan seksual, kecuali untuk pasangan-pasangan yang menginginkan bayi. Kondom bisa menurunkan resiko infeksi tetapi tidak dapat mencegahnya secara total. Kondom yang terbuat dari selaput (membrane) binatang terlalu tipis untuk dapat melindungi.
4.   Hindari penyalah-gunaan obat terlarang, narkoba dan penggunaan jarum suntik bersama-sama.
5.   Bila ingin akupunctur, tattoo, atau tindik telinga pastikan bahwa alat-alat yang dipakai telah disterilkan.